only zumar. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Contoh surat lamaran magang kerja



Depok, tgl bulan tahun
Hal : Permohonan Magang Kerja
Kepada Yth
Bapak ........
Pimpinan UG Radio Gunadarma
Depok


Dengan hormat,
Saya adalah seorang mahasiswa universitas gunadarma tingkat dua S1 jurusan sastra inggris. Pada semester ini saya ingin belajar melakukan praktek kerja pada bagian siaran atau reporter di UG radio gunadarma guna untuk memperkaya pengalaman kerja saya di masa depan nanti.
Saya Juju Jumaroh berusia 22 tahun. Memiliki loyalitas tinggi terhadap sesuatu yang saya tekuni, kerja keras, kejujuran, komunikatif serta dapat menerima segala tugas baru dan mudah beradaptasi di lingkungan baru.
Bersama ini saya lampirkan pula daftar riwayat hidup, transkip nilai semester 1 sampai dengan semester 2, dan pas photo sekiranya di butuhkan.
Besar harapan saya, permohonan magang saya ini dapat dipertimbangkan. Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terimakasih.


Hormat saya,


Juju Jumaroh

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Simple CV


Daftar Riwayat Hidup


Data Pribadi

Nama                                             : Juju Jumaroh
Tempat, Tanggal lahir                    : Indramayu, 11 juli 1991                                                 
Agama                                           : Islam                    
Alamat                                           : Wisma Yulimar Jl. Karet no.79 rt/rw: 03/05 Beji, Depok                                            
Nomer telepon                               : 08567964181/087717698491                                                     
Email                                              : kakak_juju@yahoo.com      
                                                    
Riwayat Pendidikan

Pendidikan Formal:
2012 sampai sekarang                                    : Sastra Inggris di Universitas Gunadarma Depok              
2006 sampai dengan 2009                             : SMA NU Juntinyuat Indramayu
2003  sampai dengan 2006                            : SMP N 1 Kedokanbunder Indramayu
1997 sampai dengan 2003                             : SD N1 Jayalaksana Indramayu                 

Keahlian Komputer

Microsoft Office (MS. Word, MS. Excel, MS. PowerPoint) dan Internet.



Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya, semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.


Hormat saya,


Juju Jumaroh

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

CV dalam bahasa Inggris



CURRICULUM VITAE
I. Personal Details
Name                                    : Juju Jumaroh
Address                                : Jl. Karet no.79 Rt/Rw: 03/05 Kemirimuka, Beji Depok                                   
Phone Number                     : 087717698491 / 082163286378
Place & Date of Birth          : Indramayu, 11 July 1991
Sex                                       : Female
Marital Status                      : Single
Religion                               : Islam
Nationality                           : Indonesia

II. Education Details
1. 1997 – 2003 E;ementary School / SDN 1 Jayalaksana
2. 2003 – 2006 Junior High School / SMP N 1 Kedokanbunder
3. 2006 – 2009 Senior High School / SMA NU Juntinyuat
4. 2012 – Until Now  English department at Gunadarma University
GPA = 3.77 ( Semester 2)

III. Job Experience
November 2011 – September 2012 as Ticketing Staff at PT. Cipta Tour Travel South Jakarta

IV. Computer Skills
Microsoft Word, Microsoft Excel, Microsoft Power Point, internet

V. Personality
Good attitude, kind, communicative, discipline, honest, and be responsible
I here by declare that all the information given here in is true. 


Depok, .............


Juju Jumaroh

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

( the History of literature in Europe)



The first person of poetry in Europe is Homerus, he is an epos poetry that time who told everyone about poet and poem about Goddless, davit. The history and literature of Continental Europe has been a specialty of the Newberry since its beginning, but like many other such broad fields, there are particular areas of great strength and others that are less well developed. History  of literature in the Modern period in Europe begins with the Age of Enlightenment and the conclusion of the Baroque period in the 18th century, succeeding the Renaissance and Early Modern periods.  The early 18th century sees the conclusion of the Baroque period and the incipient Age of Enlightenment with authors such as Immanuel Kant, Voltaire, Jean-Jacques Rousseau or Gotthold Ephraim Lessing.  Early American literature appears towards the end of the century, e.g. with The Power of Sympathy by William Hill Brown (1789). The late 18th century in Germany sees the beginning Romantic (Novalis) and Sturm und Drang (Goethe und Schiller) movements.  The 19th century was perhaps the most literary of all centuries, because not only were the forms of novel, short story and magazine serial all in existence side-by-side with theatre and opera, but since film, radio and television did not yet exist, the popularity of the written word and its direct enactment were at their height.
The collections of source materials are particularly strong in these areas: 

·         About 300 medieval and Renaissance manuscripts
·         Political treatises of all periods to the time of the French Revolution
·         Humanism
·         French political pamphlets of the sixteenth and seventeenth centuries
·         French Revolutionary-period pamphlets
·         Early works on military science and military architecture
·         Calligraphy, handwriting, and shorthand books
·         Emblem books, Courtesy books, Dictionaries and encyclopedias
·         Editions of Terence, and the institutional history of the Christian churches
·         Religious non-conformity, especially Recusancy, Jansenism, Sociniansim
·         The Roman and Spanish Inquisitions
·         Religious publishing and censorship
Some smaller but notable concentrations exist: Arthuriana, Prose novels in the Romance languages, Children’s books, especially alphabet books, Hebraica, especially manuscripts and early printing, Works on Mary Queen of Scots, Napoleonica, Gypsy lore, and The history of libraries. Hopely it can help you guys :)

Source :

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Analisis Novel Para Priyayi Umar Kayam

Disini saya sedang belajar untuk merensi sebuah karya sastra indonesia dari Umar Kayam yang berjudul "Para Priyayi", berikut penjabarannya.



A.    Penokohan 

Dalam novel Para Priyayi sendiri memiliki banyak tokoh. Berikut penokohan para tokoh dalam novel ini.
a)      Lantip
Tokoh lantip digambarkan sebagai tokoh yang rajin, taat, dan ulet. Selain itu juga cekatan dalam mengerjakan tugas-tugasnya.
b)      Sastrodarsono
Sastrodarsono, eyang pembangun keluarga priyayi ini digambarkan sebagai tokoh yang patuh, penuh wibawa, pejuang sejati dan teguh pendirian. Soedarsono adalah nama masa kecil dari Sastrodarsono
c)      Dik Ngaisah / Aisah
Ngaisah ini adalah istri dari Sastrodarsono yang digambarkan sebagai seorang istri yang sabar, patuh dan taat kepada suami serta penuh kasih sayang kepada setiap orang.
d)     Noegroho
Noegroho ini adalah anak sulung dari Sastrodarsono dan Ngaisah, dia adalah seorang tentara PETA Yogya yang berwatak keras, tegas dan berwibawa.
e)      Hardojo
Hardojo adalah anak kedua dari Sastrodarsono dan Ngaisah. Dia memiliki sikap yang sabar dan cerdas, dia adalah seorang abdi dalem Mangkunegaraan di Solo.
f)       Soemini
Soemini adalah anak bungsu dari Sastrodarsono dan Ngaisah, dia memiliki prinsip hidup yang kokoh, cerdas dan sangat mengutamakan pendidikan.
g)      Harimurti
Harimurti adalah anak satu-satunya dari Hardojo dan istrinya Sarimurti. Dia memiliki sikap jujur dan tulus serta sangat sayang kepada orangtuanya.
h)      Tuan Sato (Antagonis)
Tuan Sato ini tentara Jepang yang berwatak keras dan galak.

B.     Alur 

Berikut ini adalah tahapan alur novel Para priyayi secara keseluruhan:
a.    Tahap Penyituasian (Situation)
Tahap ini dilukiskan mengenai latar tempat yang menjadi pusat cerita dalam novel ini, yaitu Wanagalih.Tahap penyituasian ini diceritakan oleh tokoh Lantip.Ketika itu, Lantip digambarkan telah menjadi priagung Jakarta. Kemudian, diceritakan keadaan Lantip pada masa kanak-kanak dengan ibunya yang berjualan tempe. Lantip diceritakan belum mengetahui ayah kandungnya.
Ayah saya... wah, saya tidak pernah mengenalnya. Embok selalu mengatakan ayah saya pergi jauh untuk mencari duit (Para Priyayi, 2012: 11).
Baru setelah ibunya meninggal, Lantip diberi tahu oleh Pak Dukuh Wanalawas mengenai ayah kandungnya. Lantip tahu bahwa ia adalah anak jadah dari Ngadiyem dan Soenandar, yang tidak lain adalah keponakan Sastrodarsono. Mulai saat itu ia tahu bahwa ibunya mengenal keluarga Sastrodarsono bukan suatu kebetulan. Ia pun telah mengerti dan tidak akan sakit hati ketika Sastrodarsono marah, kemudian memaki Lantip dengan sebutan anak gento ataupun anak maling.
b. Tahap Pemunculan Konflik (Generating Circumstances)
Pemunculan konflik ini dapat dilihat ketika Sastrodarsono mengalami konflik intern tentang penentuan sikap kepriayiaannya. Sastrodarsono mulai menemukan gaya kepriayiannya dan berhadapan dengan model pemikiran priayi lain. Hal ini terjadi ketika Sastrodarsono ditunjuk untuk menggatikan Martoatmodjo sebagai kepala sekolah desa Karangdompol. Dalam benaknya pada suatu siang, waktu itu saya baru pulang dari mengatur koordinasi dengan para lurah desa untuk pengaturan makan dan perlengkapan lain bagi pasukan, datang berita itu. Seorang kurir datang dari kota membawa berita itu. Toni meninggal ditembak Belanda waktu sedang mencoba pulang untuk menengok ibu dan adik-adiknya. Masya Allah! Inna lillahi wa inna illaihi rojiun.... Anakku sulung, anakku lanang mati! Dan alangkah mudanya dia! Tanpa bisa saya bendung air mata saya berlelehan (Para Priyayi, 2012:222). Dengan kejadian tersebut, membuat Noegroho dan Sus terlalu memanjakan anak mereka yang lain. Mereka berdua takut apabila sesuatu terjadi pada Marie dan Tommi seperti yang dialami Toni.Akan tetapi, sikap mereka yang memanjakan anak mengakibatkan anak-anaknya menjadi salah pergaulan dan menimbulkan banyak permasalahan.
c. Tahap Penanjakan Konflik (Rising Action)
Tahap ini dapat dilihat ketika Sastrodarsono ditempeleng Tuan Sato.Sastrodarsono dianggap tidak menghormati Jepang karena tidak mau membungkukkan badan menghadap ke utara setiap pagi untuk menyembah dewa.Padahal bukan itu permasalahannya, Sastrodarsono merasa tidak sanggup membungkuk karena usianya yang telah senja. Dengan susah payah dan kaku Ndoro Guru Kakung mencoba membungkukkan badannya. Tuan Sato kelihatan tidak puas dengan bungkuk Ndoro Guru Kakung. Tiba-tiba, dengan secepat kilat, tanpa kita nyana, tangan Tuan Sato melayang menempeleng kepala Ndoro Kakung. Plak! Plak! Ndoro Kakung geloyoran tubuhnya.Dengan cepat saya tangkap bersama Menir Soetardjo terus kami dudukkan di kursi goyang.”Darusono, jerek, busuk.Genjimin bogero!”Sehabis mengumpat begitu Tuan Sato pergi dengan diiringi yang lain-lainnya. Sesudah sepi ruang depan itu barulah ketegangan itu terasa mereda. Tetapi, justru waktu itu saya lihat muka Ndoro Guru Kakung pucat pasi, nglokro, lesu.Air matanya berlelehan keluar.Beliau menangis seperti anak kecil (Para Priyayi, 2012: 142).
Selain itu, penanjakan konflik dapat dilihat ketika diketahui bahwa Marie hamil di luar nikah dengan Maridjan.Kejadian ini sangat mengagetkan kedua orang tuanya dan Sastrodarsono.Terlebih lagi, ternyata Maridjan telah menikah, mempunyai istri dan anak. Kejadian ini semakin membuat seluruh keluarga Noegroho terkejut, terutama Marie yang juga belum mengetahui permasalahan ini. “Heeh?!Maridjan sudah punya istri dan anak?Asu, bajingan tengik Maridjan!”Bude Sus hampir pingsan mendengar laporan saya.Pakde Noegroho merah padam mukanya.Sedang Marie mukanya jadi pucat pasi, tegang, matanya memandang entah ke mana.Tommi, yang biasa acuh tak acuh, kali itu ikut gelisah tidak menentu (Para Priyayi, 2012: 271).
Konflik semakin meningkat ketika Ngaisah meninggal dunia.Kepergian Ngaisah begitu mendadak bagi Sastrodarsono.Sebelum meninggal, Ngaisah masih sempat menasihati putrinya, Soemini, dalam membina rumah tangga dan menasihati menantunya, Sus, dalam mendidik anak-anaknya.Sebenarnya Ngaisah telah lama mengidap penyakit liver, namun Sastrodarsono tidak mengetahuinya.Kepergian Ngaisah begitu berat dirasakan oleh Sastrodarsono.
d. Tahap Klimaks (Climax)
Harimurti menunggu dengan harap-harap cemas keluarganya menjemput Gadis, calon istrinya yang sedang hamil tua, dari penjara.Ternyata Gadis meninggal dunia karena terlalu cepat melahirkan.Kabar tersebut sangat mengejutkan Hari bagaikan petir di siang bolong.”Oh, Allah, Lee.Sudah nasibmu, Nggeer. Istrimu, Naak, istrimu sudah tidak ada....”Saya jadi berdiri membatu. Tidak bisa menangis, tidak bisa apa-apa.Saya hanya mendengar cerita ibu dan bapak saya.Gadis melahirkan terlalu cepat sepasang anak kembar laki dan perempuan (Para Priyayi, 2012: 326).
e. Tahap Penyelesaian (Denouement)
Pada tahap penyelesaian terdapat dua bagian, yaitu peleraian (fallingaction) dan penyelesaian (denouement).Tahap peleraian, dapat dilihat ketika Sastrodarsono (Embah Kakung) sakit karena usianya sudah lanjut yakni 83 tahun.Alur ini merupakan penurunan dari keseluruhan cerita karena semua persoalan telah selesai.Sastrodarsono sebagai tokoh utama dalam cerita ini diceritakan hampir menghadap Tuhan karena sakit-sakitan.Sementara itu, tahap penyelesaian, yaitu dengan meninggalnya tokoh Sastrodarsono. Suatu cara mengakhiri cerita yang cukup baik dengan mematikan tokoh utamanya walaupun cerita masih dapat berlanjut dengan diganti tokoh yang lain dan tentunya dengan cerita yang lain. Tiba-tiba kami mendapat surat kilat khusus dari Pakde Ngadiman bahwa Embah Kakung semakin mundur kesehatannya. Juga semakin pikun dan mulai sering menceracau juga.Bapak dan Ibu segera memerintahkan saya dan Gus Hari untuk pergi ke Wanagalih membantu Pakde Ngadiman dan anak-anaknya menjaga dan merawat Embah Kakung (Para Priyayi, 2012:329).
Berdasarkan kepadatan cerita, novel Para Priyayi beralur terbuka.Tergolong alur terbuka disebabkan peristiwa-peristiwa dalam cerita seolah-olah berdiri sendiri namun berhubungan dengan cerita selanjutnya.Hal ini dapat dilihat dengan terdirinya sepuluh episode dalam cerita ini. Selain itu, hubungan antara tokoh yang satu dan yang lain menyambung karena cerita ini memiliki banyak pelaku. Dalam Para Priyayi dikisahkan seorang anak petani desa, Sastrodarsono, yang berjuang untuk meningkatkan golongannya dan berhasil masuk jenjang priayi.Cerita tersebut memiliki kemungkinan terjadi di masyarakat dan masuk akal.Akan tetapi, mungkin hanya orang sedikit yang melakukan usaha seperti Sastrodarsono yang membangun keluarganya dari golongan petani desa menjadi keluarga priayi yang mumpuni.Tegangan (suspense) dalam novel ini terjadi ketika Harimurti menunggu dengan harap-harap cemas keluarganya menjemput Gadis dari penjara.Sementara itu, kejutan (surprise) dalam novel ini, yaitu ternyata Gadis meninggal dunia karena terlalu cepat melahirkan.Kabar tersebut sangat mengejutkan Harimurti dan seluruh keluarganya.Sementara itu, akhir cerita novel Para Priyayi ini dapat dikatakan happy ending.Hal ini disebabkan setiap tokohnya telah mendapatkan kebahagiaan, Marie telah hidup bahagia dengan Maridjan dan Harimurti telah mendapat kebebasannya.
C.     Latar
Cerita ini memiliki latar tempat di desa kecil di tepi sungai Bengawan Solo yang bernama Wanagalih. Diceritakan pula sebuah sketsa yang berlatar di Solo dan Yogya, namun hanya sepintas. suasana yang digambarkan sangat jelas, dengan menjelaskan lekuk-lekuk tempat, titik-titik peristiwa. Latar waktu novel ini diawali pada masa penjajahan Belanda kemudian pendudukan Jepang, awal kemerdekaan hingga pemberontakan PKI.
D.    Tema
Tema pada novel ini adalah keluarga dimana diceritakan bagaimana kehidupan para priyayi di zaman itu, dan perjuangan priyayi dalam mengayomi keluarganya dan rakyat miskin.
E.     Sudut pandang pengarang ( Point of View)
Sudut pandang pengarang dalam novel ini adalah sudut pandang orang Pertama.Sudut pandang orang pertama ini terlihat pada setiap episode cerita.Pengarang bertindak sebagai orang pertama yang sedang menuturkan pengalamannya.Sudut pandang ini menempatkan pengarang sebagai “saya” dalam cerita.Pada bagian Lantip, pengarang menjadi Lantip, pada bagian Sastrodarsono, pengarang menjadi Sastrodarsono, dan seterusnya. Ini suatu cara bercerita yang menarik karena pengarang menjadi beberapa tokoh sekaligus dalam satu rangkaian cerita.
F.      Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini adalah bahasa Jawa halus yang biasa digunakan oleh para kalangan Priyayi.

Sumber :
Kayam, Umar. 2012. Para Priyayi. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Sekian penjabaran saya tentang novel Para Priyayi, semoga bermanfaat :) 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS